ViralNews.id - Nasib menyedihkan dialami oleh penjual hewan kurban di Jabodetabek. Idul Adha 1444 Hijriah tak menguntungkan mereka. Sapi-spi yang dibawa dari Nusa Tenggara Barat (NTB) tak banyak yang laku.
Hal itu belum cukup. Bagai orang nahas 'sudah jatuh tertimpa tangga' hewan kurban merek ayang tak laku terjual juga tak bisa pulang ke kampung halaman. Pasalnya ada larangan dari pemerintah daerah NTB.
Ketua Asosiasi Pedagang dan Peternak Sapi Bima, Furkan Sangiang mengakui bahwa sapi mereka dari Bima tak banyak yang terjual. Mungkin karena daya beli masyarakat menurun.
"Banyak sapi Bima tak terjual," singkatnya, Minggu sore (2/7).
Hal yang semakin membingungkan pedagang sapi asal NTB adalah Pemprov mereka tak mengizinkan mereka membawa kembali hewan ternak mereka karena khawatir sudah terkena penyakit.
Mereka kini kelipungan di Ibu Kota dan sekitarnya karena masa sewa lahan untuk jualan juga sudah selesai, sehingga pemilik lahan juga sudah mengultimatum mereka untuk meninggalkan lahan sewa yang dipakai untuk memarkir sapi mereka.
"Saat ini biaya sudah semakin membengkak. Penjual makin kebingungan. Karena, makin lama akan mengakibatkan pembengkakan biaya operasional. Beberapa pedagang yang sudah habis masa sewanya terpaksa memindahkan sapi mereka ke kandang yang lainnya. Dan itu sudah pasti mengeluarkan biaya,” bebernya.
Berkaitan dengan itu, ia berharap Gubernur NTB bijaksana dengan kondisi para pedagang hewan kurban dari Bima itu. Jika pun harus dilarang, mereka hanya butuh jalan keluar, sehingga tidak terkatung-katung.
"Siapa yang akan segera menyerap sapi-sapi ini. Mohon berikan kemudahan,” keluhnya.
Kementrian Pertanian sebenarnya sudah coba membantu. Ribuan sapi-sapi itu bisa dipulangkan. Dengan catatan, telah mendapatkan vaksin dan karantina selama 28 hari.
Namun hal itu dianggap memberatkan penjual. Waktu selama ini membutuhkan biaya yang sangat besar untuk penyewaan lahan untuk tempat sapi pedagang.
“Kami tidak mau menyalahkan siapapun, intinya kami hanya ingin sapi bisa pulang,” tukasnya.