VIRALNEWS.ID - Industri otomotif nasional diproyeksikan menghadapi tahun terkelamnya sejak pandemi Covid-19. Untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir, penjualan mobil di Indonesia diprediksi tidak mencapai 800 ribu unit sepanjang 2025.
Sebagai perbandingan, ketika pandemi melanda pada 2020, penjualan mobil domestik anjlok ke 532 ribu unit per tahun. Kondisi itu kemudian membaik setelah pemerintah menggelontorkan insentif PPnBM Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk memacu permintaan.
Kebijakan tersebut membuat penjualan mobil bangkit menjadi 887 ribu unit pada 2021. Pemulihan berlanjut pada 2022 dengan capaian 1,04 juta unit, lalu 1,05 juta unit pada 2023. Namun pada 2024, permintaan kembali melemah menjadi 865 ribu unit.
Di awal tahun, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sempat menetapkan target penjualan 900 ribu unit untuk 2025. Kini, menjelang akhir tahun, target tersebut direvisi turun drastis menjadi hanya 780 ribu unit.
“Iya, proyeksi (penjualan) menjadi 780 ribu unit,” ujar Ketua I Gaikindo, Jongkie D. Sugiarto, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (2/12).
Jika proyeksi itu tercapai, capaian tersebut akan menjadi titik terendah penjualan mobil Indonesia sejak pandemi.
Menurut data Gaikindo, penjualan mobil dari Januari hingga Oktober 2025 baru mencapai 634 ribu unit, turun 10,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi hampir di semua merek besar. Honda mencatat penurunan terdalam sebesar 35,5 persen, disusul Daihatsu 23,5 persen, Toyota 14 persen, Suzuki 8,6 persen, dan Mitsubishi 5,3 persen.
Sebaliknya, sejumlah merek baru, terutama dari China, justru menunjukkan pertumbuhan mencolok. BYD naik 178,2 persen dan Denza melonjak 651,1 persen. Merek lainnya seperti Chery, GWM, BAIC, Scania, dan Volkswagen juga mencatat peningkatan signifikan antara 32 hingga 193 persen.
Pertumbuhan agresif dari merek-merek baru itu semakin menekan dominasi pemain lama di pasar otomotif nasional yang tengah lesu.