VIRALNEWS.ID - Tren penurunan harga mobil listrik diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, termasuk di Indonesia. Jika harga kendaraan listrik semakin kompetitif, adopsi mobil tanpa emisi ini diyakini akan meningkat pesat.
Salah satu faktor utama yang mendorong penurunan harga adalah biaya baterai komponen termahal dalam kendaraan listrik, yang diprediksi terus turun. Kondisi ini berpotensi mengubah peta persaingan industri otomotif global.
“Diperkirakan sekitar empat sampai lima tahun lagi, atau mendekati 2030, biaya produksi baterai akan turun menjadi sekitar 67 dolar AS per kWh. Ketika mencapai angka itu, industri kendaraan berbahan bakar fosil, kecuali segmen hobi, harus bersiap beralih karena biaya produksinya akan jauh lebih murah,” ujar Pengamat Otomotif Yannes Pasaribu dalam paparannya di detikcom Leaders Forum di Jakarta Selatan, Rabu (12/11/2025).
Indonesia dinilai memiliki posisi strategis dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik berkat cadangan nikel yang besar. Kementerian ESDM mencatat pada 2024 Indonesia memiliki cadangan bijih nikel 5,9 miliar ton dan logam nikel 62,02 juta ton, dengan produksi mencapai 173,6 juta ton sepanjang tahun tersebut.
Sebagai penguatan ekosistem, Indonesia juga tengah membangun pabrik baterai lithium terbesar di Asia Tenggara melalui PT Industri Baterai Indonesia (IBC) yang bekerja sama dengan Brunp dan Lygend (CBL), anak usaha CATL. Pabrik berlokasi di Karawang tersebut menelan investasi US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 95,5 triliun, dan groundbreaking telah dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 29 Juni 2025.
“Jangan lupa, mudah-mudahan IBC cepat produksi. Kalau baterai yang menyumbang 20–40 persen harga kendaraan ini sudah bisa diproduksi lokal, penurunan harga baterai dan mobil listrik akan semakin cepat. Indonesia juga akan menjadi hub kawasan ASEAN,” ujar Yannes.
Penurunan biaya produksi baterai juga sejalan dengan data Department of Energy (DOE) Amerika Serikat yang mencatat penurunan drastis dari US$ 1.415 per kWh pada 2008 menjadi US$ 139 per kWh pada 2023—turun sekitar 90 persen dalam 15 tahun.
Tren ini memperkuat optimisme bahwa harga mobil listrik di Indonesia masih sangat berpotensi turun dalam beberapa tahun mendatang, seiring penguatan ekosistem industri dan rantai pasok di dalam negeri.