VIRALNEWS.ID - Sindikat perdagangan manusia untuk penjualan organ ginjal menjadi sorotan setelah 122 Warga Negara Indonesia (WNI) menjadi korban di Kamboja.
Untungnya, para korban saat ini telah mendapatkan pendampingan dari pihak kepolisian.
Kombes Hery Wijatmoko, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabidokkes) Polda Metro Jaya mengungkapkan, "Kami akan melakukan pendampingan kepada seluruh pasien yang berjumlah 122 korban ini." Pernyataan ini disampaikan dalam laporan detikNews pada Kamis (20/7/2023).
Menyikapi kasus ini, Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya bersama Rumah Sakit Said Sukanto (RS Polri) telah membentuk tim khusus untuk menangani para korban penjualan ginjal.
Pihak kepolisian Polri bertekad untuk mendampingi, merehabilitasi, dan memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan para korban dari sindikat TPPO tersebut.
Sejauh ini, pemeriksaan medis telah dilakukan secara menyeluruh terhadap enam korban penjualan ginjal.
Rangkaian fitur tersebut mencakup pemeriksaan laboratorium, rontgen dada, dan CT scan perut.
Kombes Hery menegaskan, "Dari keenam pasien tersebut, tidak ada organ lain yang diambil, jadi hanya ginjal saja yang menjadi sasaran operasi."
Berdasarkan keterangan para pendonor yang menjadi korban perdagangan manusia untuk penjualan ginjal di Kamboja, ginjal mereka disalurkan ke beberapa negara yang berfungsi sebagai penerima donor oleh para sindikat.
Kombes Hengki Haryadi, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, menyatakan bahwa para penerima ginjal berasal dari negara-negara seperti India, China, Malaysia, Singapura, dan lainnya.
Proses transaksi penjualan organ ginjal ini dilakukan dengan harga Rp 200 juta. Namun, para korban hanya menerima Rp 135 juta, sedangkan sisanya senilai Rp 65 juta menjadi keuntungan bagi para pelaku sindikat.
“Dari pembayaran tersebut, para sindikat menerima Rp 200 juta. Rp 135 juta diberikan kepada para pendonor, sementara sisanya Rp 65 juta menjadi bagian keuntungan bagi para pelaku,” ungkap Kombes Hengki.
Para sindikat juga memotong sejumlah biaya operasional, termasuk pembuatan paspor, transportasi dari bandara ke rumah sakit, dan lainnya. Hal ini terungkap dari pengakuan para korban yang telah menjadi saksi dari kasus ini.
Kepolisian terus bekerja keras untuk mengungkap dan menghentikan sindikat perdagangan manusia ini agar tidak ada lagi korban yang harus menderita dan mengalami eksploitasi dalam praktek yang keji ini. (lila)