ViralNews.id - Tercetusnya pasangan Anies-Cak Imin menggemparkan dunia politik. Kabar bersatunya dua tokoh dari partai dengan koalisi berseberangan itu sontak mengejutkan semua pihak apalagi internal partai koalisi keduanya.
Partai yang bersuara paling kencang dengan narasi pengkhinatan yang ditujukan pada Anies Baswedan yakni partai Demokrat. Mereka menuding Anies dan NasDem tidak memiliki etika dalam berpolitik.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya menyatakan partainya merasa dikhianati usai Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan.
Isu awal tentang 'perkawinan' Anies-Cak Imin ini secara mendadak meminang, ungkap Riefky Harsya melukai komitmen partai koalisi Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) .
Riefky mengatakan Demokrat menerima informasi tersebut pada Rabu (30/8) melalui Sudirman Said. Informasi itu menyebutkan Anies menyepakati kerja sama koalisi antara Partai NasDem dan PKB untuk mengusung pasangan Anies-Cak Imin.
"Hari ini, kami melakukan konfirmasi berita tersebut kepada Anies Baswedan. Ia mengkonfirmasi bahwa berita tersebut adalah benar. Demokrat dipaksa menerima keputusan itu atau fait accompli," kata Riefky dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/8).
Padahal menurut Riefky, Anies menghubungi Demokrat pada 12 Juni lalu dan mengatakan kepada Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bahwa Anies sudah beberapa kali ditelpon oleh ibu dan guru spiritualnya untuk segera berpasangan dengan AHY dalam Pilpres 2024.
Ia mengaku Anies juga telah menyampaikan bahwa nama AHY menjadi salah satu kandidat kuat cawapresnya.
Hal ini juga disampaikan kepada para Ketua Umum Parpol dan majelis tertinggi masing-masing partai. Hal ini yang menimbulkan kekesalan dari partai pendukung Anies.
"Rentetan peristiwa yang terjadi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap semangat perubahan juga pengkhianatan terhadap Piagam Koalisi yang telah disepakati oleh ketiga Parpol," tukasnya.
Sejauh ini PKB juga tekah mengonformasi bahwa mereka akan melihat perkembangan pasangan Anies-Cak Imin dan segera memutuskan untuk angkat kaki dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Mereka juga menampik adanya isu bahwa hengkangnya Cak Imin berkaitan dengan bergabungnya dua partai lain yakni Golkar dan PAN dalam koalisi yang sebelumnya hanya dihuni oleh Gerindra dan PKB sepeninggal PPP yang mendukung Capres Ganjar Pranowo bersama PDIP dan Perindo.