Riyanto menjelaskan ada sejumlah wilayah yang masih memiliki potensi pasar yang besar antara lain:
- Kalimantan Timur: Pendapatan per kapita 239 juta (2022), rasio kepemilikan baru 131 per 1.000 orang.
- Kalimantan Utara: Pendapatan per kapita 191 juta (2022), rasio kepemilikan baru 34 per 1.000 orang.
- Riau: Pendapatan per kapita 150 juta (2022), rasio kepemilikan baru 90 per 1.000 orang.
- Kepulauan Riau: Pendapatan per kapita 142 juta (2022), rasio kepemilikan baru 86 per 1.000 orang.
- Sulawesi Selatan: Pendapatan per kapita 106 juta (2022), rasio kepemilikan baru 84 per 1.000 orang.
Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan total piutang pembiayaan kendaraan bermotor mencapai Rp398,64 triliun per posisi April 2024, atau meningkat 13,02 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Jika dirinci, penyaluran pembiayaan pada mobil baru tercatat sebesar Rp150,69 triliun atau meningkat 10 persen yoy. Selanjutnya, peringkat kedua disalurkan pada pembiayaan mobil bekas senilai Rp83,72 triliun atau meningkat signifikan sebesar 25,82 persen yoy.
Riyanto juga mencatat adanya pertumbuhan mobil ramah lingkungan di Indonesia, meskipun pasarnya tahun ini tidak lebih baik dari tahun lalu.
"Kalau BEV dan Hybrid sebenarnya tumbuh, market share-nya saja, Hybrid per Mei sudah 6,4 persen, kemudian BEV hampir 3 persen, jadi total yang ramah lingkungan BEV dan Hybrid hampir 10 persen," kata Riyanto.
"Yang menarik, di tengah kelesuan itu, pertumbuhan LCEV baik BEV maupun hybrid itu tumbuh. Dari yang hanya sekitar 10 ribu unit pada tahun 2022, BEV pada 2022 mencapai 10 ribu, pada 2023 sudah 17 ribu. Hybrid juga 10 ribu pada tahun 2022, pada tahun 2023 sudah mencapai 52 ribu. Jadi ada pertumbuhan," jelasnya.
"ICE turun sekitar 100 ribu unit, tapi yang beralih ke BEV dan migrasi ke HEV tidak sampai 100 ribu, jadi memang ada penurunan pasar, terutama di ICE. Ini cukup besar," tambahnya.