otomotif

LPEM FEB UI: Jangan Terlena dengan Stagnasi Pasar Otomotif Indonesia

Kamis, 11 Juli 2024 | 21:16 WIB
Ilustrasi penjualan mobil

VIRALNEWS.ID - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperingatkan agar tidak terlena dengan stagnasi pasar otomotif di Indonesia.

Peneliti senior dari LPEM FEB UI, Riyanto, menjelaskan bahwa dari segi pasokan, Indonesia tidak memiliki masalah. Namun, permintaan pasar domestik cenderung stagnan, meskipun banyak merek-merek baru yang turut bermain di sini.

"Untuk produksi bukan masalah pasokan, yang menjadi masalah adalah permintaan industri atau pasar kita yang mengalami stagnasi," kata Riyanto dalam diskusi "Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil" di Gedung Kementerian Perindustrian, Rabu (10/7/2024).

"Pasar lokal memang mengalami masalah, sudah 10 tahun. Ini penyakit yang harus segera diobati, kalau tidak, akan semakin parah dan berbahaya," tegasnya.

Riyanto menguraikan salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang melambat.

"Dari tahun 2000 hingga 2012, pendapatan per kapita naik cukup besar. Pendapatan per kapita di tahun 2000-an sekitar 1.000 USD, masuk dalam kategori negara berpenghasilan rendah," jelasnya.

"Pada tahun 2013, pendapatan meningkat hampir mencapai 4.000 USD, naik tiga kali lipat. Namun, sejak tahun 2012 hingga 2023, pendapatan per kapita kita melambat karena pertumbuhan ekonomi yang melambat. Akibatnya, pendapatan per kapita tidak cukup untuk menjangkau harga mobil yang terus naik," tambahnya.

Menurut Riyanto, salah satu faktor yang menyebabkan pasar mobil mentok di angka satu juta unit adalah harga mobil yang naik lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan inflasi.

"Kenaikan harga mobil periode 2013-2022, seperti MPV entry low, per tahun sudah mencapai 7 persen, lebih tinggi dari rata-rata inflasi kita. Jadi, ini masalahnya," kata Riyanto.

"Pertumbuhan per kapita dari tahun 2000 hingga 2013 mencapai 28,26 persen. Sementara periode 2013 hingga 2022, pendapatan per kapita hanya tumbuh 3,65 persen. Ini perbedaannya sangat besar, sehingga penjualan mobil dari tahun 2013 hingga 2022 mengalami penurunan rata-rata 1,6 persen per tahun," lanjutnya.

Selain harga mobil yang terus naik namun tidak seimbang dengan pendapatan per kapita, faktor ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar dan tingkat suku bunga juga berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil.

Pasar mobil Indonesia stagnan pada level penjualan satu juta unit mobil per tahunnya, meskipun rasio kepemilikan mobil masih sekitar 99 mobil per 1.000 penduduk. Ini menjadi salah satu nilai jual industri otomotif Indonesia.

Namun, faktanya penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 yang mencapai 1.229.811 unit, kemudian terus menurun di tahun berikutnya namun tetap berada di level satu juta unit.

Hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2011-2013, serta diluncurkannya program Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2).

Halaman:

Tags

Terkini

Santi Hernandez Ragukan Marc Marquez Kembali ke Honda

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54 WIB