VIRALNEWS.ID - LG Energy Solution dikabarkan mengalami pemutusan kontrak pasokan baterai kendaraan listrik (EV) senilai 9,6 triliun won atau sekitar Rp108 triliun dengan produsen mobil asal Amerika Serikat, Ford.
Mengutip laporan Business Korea pada Kamis waktu setempat, LG Energy Solution menyampaikan bahwa kontrak pasokan jangka panjang untuk sel dan modul baterai kendaraan listrik yang ditandatangani dengan Ford pada Oktober tahun lalu telah berakhir. Pengakhiran kontrak tersebut dilakukan setelah perusahaan menerima pemberitahuan pembatalan dari Ford.
Nilai kontrak yang dibatalkan mencapai sekitar 9,603 triliun won atau setara dengan 6,5 miliar dolar AS. Angka tersebut merepresentasikan sekitar 28,5 persen dari pendapatan penjualan terbaru LG Energy Solution.
Sebelumnya, kedua perusahaan telah menyepakati kontrak pasokan baterai jangka panjang dengan total kapasitas 75 GWh (gigawatt-hour) untuk periode enam tahun dari 2027 hingga 2032, serta tambahan 34 GWh selama lima tahun dari 2026 hingga 2030. Seluruh produk baterai tersebut direncanakan diproduksi di pabrik LG Energy Solution di Wrocław, Polandia, dan dipasok untuk kendaraan listrik yang dipasarkan di Eropa.
Model kendaraan komersial listrik generasi terbaru Ford, yakni E-Transit, disebut-sebut menjadi target utama penggunaan baterai dalam kerja sama tersebut.
Menanggapi penghentian kontrak, LG Energy Solution menjelaskan bahwa keputusan tersebut dipicu oleh perubahan lingkungan kebijakan serta pergeseran proyeksi permintaan kendaraan listrik.
Kondisi tersebut mendorong Ford untuk menghentikan produksi sejumlah model kendaraan listrik, yang kemudian diikuti dengan pemberitahuan pembatalan kontrak. Meski demikian, perusahaan menyatakan tetap berencana melanjutkan hubungan kerja sama dengan Ford dalam jangka menengah hingga panjang.
Di sisi lain, Ford sebelumnya telah melakukan penyesuaian strategi bisnis secara menyeluruh dengan mengalihkan fokus ke kendaraan hybrid yang dinilai lebih menguntungkan serta kendaraan bermesin pembakaran internal. Langkah ini dilakukan setelah pemerintahan Donald Trump mencabut insentif kredit pajak untuk pembelian kendaraan listrik.
Sejalan dengan strategi tersebut, Ford memutuskan untuk menghentikan produksi model kendaraan listrik berukuran besar, termasuk truk pikap andalannya F-150 Lightning. Perusahaan juga memperluas bisnisnya di segmen truk dan van, kendaraan listrik berbiaya rendah, serta sistem penyimpanan energi atau energy storage system (ESS).