VIRALNEWS.ID - Maraknya kehadiran mobil listrik dengan harga di bawah Rp 200 juta semakin meramaikan pasar otomotif Indonesia.
Meski demikian, Daihatsu menilai segmen Low Cost Green Car (LCGC) masih tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen pembeli mobil pertama.
Marketing and Customer Relations Division Head PT Astra International Tbk. Daihatsu Sales Operation, Tri Mulyono, mengatakan bahwa konsumen mobil pertama memiliki pertimbangan yang sangat spesifik dan cenderung rasional, terutama terkait biaya jangka panjang.
“Pembeli mobil pertama itu ketika membeli mobil pasti akan mempertimbangkan harga dan value kendaraannya seperti apa, lalu bagaimana perawatan kendaraannya,” ujar Tri.
Menurutnya, faktor biaya menjadi alasan utama mengapa LCGC masih relevan. Tidak hanya dari sisi harga beli awal yang terjangkau, tetapi juga biaya operasional harian, kemudahan perawatan, serta ketersediaan suku cadang.
Selain itu, jaringan layanan purnajual juga menjadi pertimbangan penting. Daihatsu mengklaim memiliki jaringan bengkel yang luas dan mudah dijangkau, sehingga memberikan rasa aman bagi konsumen.
“Berikutnya kaitan dengan perawatan kendaraan, apakah mudah untuk mendapatkan jaringan after sales-nya,” tambah Tri.
Faktor lain yang tak kalah krusial adalah nilai jual kembali (resale value). Menurut Tri, konsumen Indonesia bahkan sudah memikirkan potensi penjualan kembali mobil sejak sebelum melakukan pembelian.
“After sales dalam arti resale value-nya bagaimana. Untuk konsumen pembeli mobil pertama ini menjadi sangat dominan. Belum beli sudah memikirkan menjual,” tegasnya.
Dengan karakter konsumen yang sensitif terhadap biaya dan resale value tersebut, Daihatsu optimistis segmen LCGC masih akan bertahan, meski teknologi kendaraan semakin maju dan harga mobil listrik kian terjangkau. Namun demikian, Daihatsu tetap memantau potensi perubahan pola pikir konsumen.
“Resale value kendaraan berteknologi advance ini belum bisa diidentifikasi sekarang. Mungkin baru satu atau dua tahun ke depan bisa terbukti,” jelas Tri.
Data penjualan menunjukkan distribusi mobil LCGC memang mengalami penurunan dibandingkan masa lalu. Jika sebelumnya penjualan wholesales bisa mencapai belasan ribu unit per bulan, kini angkanya berada di kisaran 8.000 unit.
Pada November 2025, total penjualan lima model LCGC tercatat 8.879 unit, turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8.945 unit.
Sementara itu, pengamat otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, menilai mobil listrik murah dengan harga di bawah Rp 200 juta menawarkan daya tarik tersendiri, terutama dari sisi desain futuristik dan fitur modern.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.