Masih mengutip dari laman resmi Muhammadiyah, diceritakan bahwa tamu tersebut mempertanyakan mengapa organisasi yang telah memposisikan diri sebagai gerakan Tajdid atau pencerahan ini masih menggunakan Masjid Keraton Yogyakarta untuk shalat Idul Fitri.
Menurutnya, seharusnya Muhammadiyah sudah mulai melakukan salat Idul Fitri di lapangan seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Padahal, penggunaan Masjid Keraton Yogyakarta untuk menghormati Sultan Hamengkubuwono VII.
Penghormatan itu dilakukan setelah Muhammadiyah mendapatkan izin untuk merayakan hari besar Islam yang berbeda dengan Keraton.
Pasalnya, sejak dulu sampai saat ini, Muhammadiyah menggunakan hisab dan kalender Hijriah, sementara Keraton menggunakan kalender Jawa atau Aboge.
Shalat Ied di Lapangan Dilakukan Sampai Sekarang
Pelaksanaan shalat Ied di lapangan kemudian sesuai dengan keputusan Muktamar tahun 1926.
Sejak itu, berbagai cabang Muhammadiyah yang ada di seluruh Indonesia mulai melaksanakan shalat Ied di lapangan hingga sekarang. (bs)