ViralNews.id - Dalam upaya internasional untuk menemukan kapal selam penjelajah Titanic yang hilang, beberapa penumpang sebelumnya memberikan kesaksian yang mengerikan. Seorang petualang Jerman yang pernah menjelajahi reruntuhan Titanic dengan kapal selam yang sama menyebutnya sebagai misi yang berisiko tinggi.
"Pada saat itu, itu benar-benar misi yang berisiko tinggi. Kapal selam pertama tidak berfungsi, jadi ketika kami sudah menyelam hingga kedalaman 1.600 meter, kami harus meninggalkannya," katanya dikutip dari detikINET yang mengutip New York Post.
Mereka akhirnya melakukan penyelaman dengan keterlambatan lima jam karena masalah listrik yang diduga menjadi penyebab hilangnya Titan saat ini. Selain itu, sebelum berlayar, ada masalah pada braket tabung stabilisasi yang mengimbangi kapal selam dan harus diperbaiki.
Selain itu, kondisi yang sempit di dalam kapal Titan sangat menyiksa. "Anda harus memiliki saraf yang kuat, tidak boleh merasa sesak, dan harus bisa duduk bersila selama sepuluh jam," jelasnya.
"Tempat itu adalah neraka. Hanya ada ruang seluas 2,5 meter dengan suhu empat derajat Celcius, tidak ada kursi. Saya merasa tidak nyaman dan gugup. Saya sangat beruntung pada saat itu," tambah Loibl.
Dari semua petualangannya, termasuk terbang di atas Rusia dengan pesawat tempur MiG-29 dan mengunjungi Kutub Utara dan Selatan, Loibl mengatakan bahwa ekspedisi Titan adalah yang paling ekstrem.
Namun, ketika mencapai Titanic, dia merasakan euforia. Saat itu, Titan mengelilingi bangkai kapal dua kali dan mendarat di atas deknya sebelum kembali ke perjalanan pulang. Loibl dengan cermat mengikuti berita tentang misi pencarian Titan. Seperti banyak orang lainnya, dia berharap ada keajaiban.
Memang ada kekhawatiran bahwa Titan tidak memenuhi standar keamanan. Dalam suratnya pada tahun 2018, Marine Technology Society menyatakan keprihatinannya terhadap pengembangan kapal Titan dan rencana Titanic Expeditions. Mereka juga mengkritik pendekatan eksperimental yang diambil oleh OceanGate.
Marine Technology Society juga mencela OceanGate karena menerbitkan materi promosi yang mengklaim desain Titan telah memenuhi atau bahkan melebihi standar keamanan DNV-GL. Padahal, OceanGate tidak berencana untuk mendaftarkan kapal tersebut untuk diperiksa oleh DNV, sebuah organisasi independen yang memberikan sertifikasi dan mengeluarkan regulasi terkait kapal selam.