Lebih lanjut Ato menambahkan, jeda waktu pengesahan di Rakernas IMI menuju putaran 1 ISSOM 2024 memang relatif singkat.
"Dan mungkin salah saya, kurang sosialisasikan kepada pembalap maupun tim-tim. Jika ternyata hanya ada 1 pembalap di Master, saya juga tidak tahu. Tapi menurut saya, ukurannya tentu nanti, mungkin di seri 3 kok yakin para pembalap yang telah memiliki mobil Agya dan Brio tapi selama ini tidak bisa balap, bakal turun di Master ITCR 1200," ungkap Ato.
Bahkan kalau mau jujur, imbuh Ato, regulasi ini justru menguntungkan TGRI. "Kalau misalnya Jordan atau Amato juara nasional ITCR 1200 Seeded B, larinya kan ke Seeded A. Jadi ada wadahnya. Karena TGRI tidak turun di ITCR 1500," Ato mencoba menjelaskan.
Kenapa Baru Sekarang?
Rio SB, salah satu pembalap mobil senior Andalan Rizqy Motorsport mengaku bisa memahami apa yang dirasakan TGRI.
“Mungkin, menurut pendapat saya pribadi loh ini, menyangkut persoalan publikasi. Meski Jordan atau Amato menjadi juara seri atau nasional ITCR 1200 Rising Star, namun kemungkinan secara balapan tetap Honda (Avila) yang di depan karena Master dan Rising Star ada perbedaan, terutama pada pengalaman dan skill pembalap Master tentu lebih unggul,” ungkap Rio SB.
Rio SB juga bertanya, kenapa baru sekarang Master di ITCR 1200 dirilis. Kenapa tidak sejak awal diKejurnaskan ITCR 1200 dimasukkan. Jadi ada Promosi, Rising Star dan Master.
Meski begitu, Rio SB yang sukses menyabet juara umum Porsche Sprint Challenge Indonesia di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok, NTB, akhir Januari lalu, juga bisa memahami alasan yang disampaikan Ketua Komisi Balap Mobil.
"Bagus saja sih, jika ITCR 1200 meski dikenal sebagai kelas pembibitan, ada kategori Master. Karena memang tidak semua pembalap mampu jika harus bertarung di level atasnya, kelas ITCR 1500. Terkait biaya yang lebih mahal. Kita lihat nanti di seri 2 atau 3, ada pembalap lain yang tidak masuk kategori Master," lanjut pembalap yang musim ini akan turun di ITCR 1500 Master dan Eshark Dapur Cokelat Touring Championship.
Tiga Juara Nasional
Dari Jimmy kacamata Lukita, pembalap gaek yang musim lalu sempat turun balap sekali karena lebih banyak mempersiapkan balapan untuk Gerhard Lukita, sang anak, menyampaikan pendapatnya.
"Kalau saya sih, dengan alasan menampung atau memberi wadah para pembalap senior yang tidak mampu jika harus balapan di level kelas di atasnya ya bagus. Tapi, sejauh mana efektivitasnya, ya perlu kita lihat ke depan. Ini kan baru seri pertama, dan saya rasa sosiliasi juga sangat kurang,” ujar Jimluk, sapaan karibnya.
Toh, tiga kategori di kelas ITCR 1200 tersebut diperebutkan juaranya, tidak ada kejuaraan Overall. "Bakal ada juara nasional Promotion, Rising Star dan Master. Yang nantinya berhak menerima IMI Award yang biasanya diadakan di akhir tahun oleh IMI Pusat. Itu sih pendapat saya," tutup Jimluk.
Artikel Terkait
Agya GR Sport dan TGRI Kembali Berjaya di Seri 5 MLDSPOT Autokhana Kejurnas Slalom 2023
Juara di Sprint Rally Malang 2023, Perally TGRI Ryan Nirwan Berpeluang Pertahankan Juara Nasional
IIMS 2024 : Toyota Cetak SPK 2.540 Unit, Kijang Innova Zenix Hybrid Pimpin Penjualan EV Naik 5 Kali Lipat