VIRALNEWS.ID - Diadakannya kategori Master di Kelas ITCR 1200, menimbulkan sedikit riak. Pihak Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI) merasa ini dengan desain untuk memfasilitasi kepentingan pihak atau tim tertentu.
Namun Ketua Komisi Balap Mobil IMI Pusat Arief "Ato" Budiarto menampik hal itu. Komunitas balap mobil pun terbelah.
Begitu benang merah yang bisa ditarik dari perbincangan dengan beberapa pihak terkait dibukanya kategori Master di kelas ITCR 1200 yang notabene selama ini dikenal merupakan kelas pembibitan dan penjenjangan pembalap pemula.
“Kami sangat prihatin dengan kondisi balap mobil ISSOM belakangan ini. Berbagai aturan dibuat seolah-olah untuk memfasilitasi kepentingan pihak atau tim tertentu. Kondisi ini sangat tidak baik untuk dunia balap Indonesia,” ujar Arie Awan, Head of PR Toyota Astra Motor selaku Team Principal TGRI.
“Kelas ITCR 1200 pada awalnya untuk pembibitan pembalap muda dan pemula guna mencari pengalaman, tiba-tiba tahun ini muncul Kategori Master. Dan, terlihat hanya 1 pembalap saja yang bergabung di sana. Tentu ini patut jadi pertanyaan. Ada apa ini? Kenapa pembalap Master hanya bertarung sendirian? Apa tidak malu? Kasian pembalapnya,” lanjut Awan.
“Balap nasional harusnya bisa memfasilitasi seluruh pemangku kepentingan yang ada, agar balapan menarik, adil dan menjunjung tinggi sportifitas. Dengan begitu akan memacu semakin banyak orang tertarik turun di arena balap,” imbuhnya.
Dengan adanya kejadian ini, tambah Awan, orang akan melihat balapan ISSOM yang diselimuti kepentingan tertentu. Ini sangat jahat.
"Kejadian ini bisa membuat brand brand besar enggan berpartisipasi di ajang balap mobil karena janggalnya peraturan yang ada.”
“Mungkin bisa dicontohkan, Kejurnas Slalom Autokhana, Kejurnas Rally atau Kelas Eshark Dapur Cokelat Touring Championship (di ISSOM) yang regulasinya jelas, profesional dan bisa menyatukan visi semua pemangku kepentingan, sehingga pesertanya semakin banyak dan meriah. Ini sekedar masukan untuk ISSOM,” beber Arie Awan.
Jika kejanggalan ini terus berlangsung, imbuh Awan, mungkin memang saatnya TGRI mengadakan keikutsertaan dari ISSOM di musim musim mendatang, dan fokus di balapan internasional.
"Ini situasi yang tidak kami harapkan. Karena kami ingin sama-sama membangun dunia balap nasional dan mencetak pembalap muda berprestasi. Tapi, jika harapan itu tidak ada (Di Kejurnas Balap Mobil), ya mungkin salah satu cara mengalihkan ke kejuaraan internasional saja. Sangat mengerikan sebenarnya, berarti balap nasional sudah tidak bisa dipercaya,” pungkas Arie Awan.
Tidak Fasilitasi Tim Tertentu
Saat dimintai konfirmasi terkait adanya polemik kategori Master di kelas ITCR 1200, Arief Budiarto selaku Ketua Komisi Balap Mobil IMI Pusat membuka suara dan berani bersumpah jika tidak ada kepentingan kepada salah satu pihak atau tim atas adanya kategori Master di ITCR 1200.
"Demi Tuhan, tidak benar jika kategori Master di ITCR 1200 untuk memfasilitasi tim tertentu. Jadi, sampai akhirnya memutuskan di Rakernas IMI, 15-16 Januari lalu, alasan utama memberikan kesempatan para pembalap yang setelah mentok di kategori Seeded B (Rising Star), namun kurang mampu naik level kelas ITCR 1500, karena harga mobilnya bisa 2 kali lipat, tetap bisa balap," terang Ato, sapaan akrabnya.