Selain memiliki imunitas yang lebih lemah, kedua kelompok ini juga cenderung memiliki cakupan vaksinasi influenza dan COVID-19 yang lebih rendah.
“Kondisi ini berkontribusi pada peningkatan kunjungan ke rumah sakit, terutama karena gejala pada anak-anak dan lansia sering kali lebih terlihat sehingga menimbulkan kekhawatiran keluarga,” ujar Dicky.
Mutasi hMPV: Lebih Mudah Menular dan Berdampak pada Sistem Saraf
Dicky memperingatkan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu terkejut jika ternyata hMPV telah menyebar di dalam negeri.
Meskipun kecil kemungkinan virus ini menjadi pandemi, potensi mutasi yang terjadi tetap perlu diwaspadai.
“Mutasi hMPV saat ini membuat virus lebih mudah menular dan memiliki sifat neurotropik, artinya virus tersebut memiliki potensi lebih besar memengaruhi sistem saraf,” paparnya.
Beberapa gejala yang dikaitkan dengan dampak pada sistem saraf akibat mutasi hMPV antara lain pusing berputar (dizzy), gangguan keseimbangan, hingga gangguan kognitif.
Selain itu, ada pula laporan kasus anak-anak dan lansia yang mengalami peradangan otak atau encephalitis setelah terinfeksi.
“Gejala-gejala tersebut memperkuat dugaan bahwa mutasi baru hMPV memiliki sifat neurotropik yang lebih kuat. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan deteksi dini untuk mencegah penyebaran lebih lanjut,” pungkas Dicky. (lila)