VIRALNEWS.ID, Jakarta - Kini, dunia fashion anak muda di China sedang mengalami gelombang besar dari tren unik bernama Sankeng (三坑).
Dalam bahasa Mandarin, Sankeng secara harfiah berarti "tiga lubang" atau "three pits," sebuah istilah slang yang digunakan untuk menggambarkan tiga gaya fashion yang begitu memikat hingga "menjebak" penggemarnya untuk menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan uang.
Subkultur ini berkembang pesat di media sosial seperti Xiaohongshu, Douyin (TikTok versi China), dan Weibo, serta memiliki komunitas besar yang sangat aktif dan loyal.
Tapi apa itu subkultur Sankeng di China sebenarnya? Mari kita bahas lebih dalam.
Asal-Usul Istilah Sankeng (三坑)
Arti Harfiah dan Konteks Internet
Istilah Sankeng berasal dari komunitas fashion online di Tiongkok yang aktif membahas gaya berpakaian yang dianggap "menguras" kantong, waktu, dan tenaga karena detailnya yang kompleks dan eksklusif.
Kata "坑" (kēng) dalam bahasa Mandarin berarti "lubang" atau "perangkap", dan digunakan secara humoris oleh para penggemar untuk menggambarkan seolah-olah mereka telah "terperosok" dalam hobi fashion ini.
Istilah ini mencakup tiga gaya fashion yang sangat populer di kalangan anak muda Tiongkok, yaitu JK uniform, Hanfu, dan Lolita fashion. Ketiganya memiliki estetika unik, sejarah berbeda, dan komunitas yang kuat.
Dalam konteks internet, sebutan Sankeng juga mengandung makna komunitas - orang-orang yang masuk ke salah satu gaya ini biasanya akan berinteraksi secara aktif di platform seperti Xiaohongshu dan Weibo, membagikan foto, tips, tutorial makeup, bahkan membuat konten edukatif tentang sejarah dan filosofi di balik gaya fashion yang mereka pilih.
Tiga Elemen Utama dalam Subkultur Sankeng
1. JK Uniform: Seragam Sekolah Jepang sebagai Gaya Hidup
JK Uniform atau JK制服 merupakan adaptasi dari seragam sekolah Jepang yang banyak digunakan oleh siswi SMA di Jepang.
Gaya ini memiliki daya tarik tersendiri karena memberikan kesan youthful, rapi, dan menggemaskan.
Di China, JK tidak hanya digunakan untuk cosplay atau event khusus, tapi juga menjadi pilihan berpakaian harian untuk nongkrong, membuat konten media sosial, atau bahkan sebagai bentuk pelarian dari tekanan hidup yang formal dan kompetitif.