4. Berpotensi Kolesterol
Mi instan biasanya diolah dengan menggunakan minyak kelapa sawit atau minyak tidak sehat lainnya.
Proses ini menghasilkan makanan dengan kandungan lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi.
Kedua jenis lemak tersebut diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam tubuh.
“Diet tinggi lemak dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu penumpukan lemak di arteri, yang berisiko memicu serangan jantung dan stroke,” tambah Arora.
Anjuran Konsumsi Mi Instan Secara Aman
Spesialis onkologi dr. Denny Handoyo Kirana, SpOnk-Rad, menegaskan bahwa mi instan yang beredar di pasaran sudah melalui pengawasan ketat dan memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Namun, ia tetap menyarankan agar konsumsi mi instan dibatasi maksimal dua kali dalam seminggu.
“Jika dikonsumsi sesekali dalam porsi yang wajar, misalnya satu hingga dua kali dalam seminggu, masih aman. Namun, jangan mengonsumsinya setiap hari atau setiap waktu makan,” ujar dr. Denny kepada detikcom.
Untuk meminimalkan risiko kesehatan, masyarakat disarankan mengolah mi instan dengan menambahkan bahan makanan sehat, seperti sayur-sayuran yang kaya serat, serta sumber protein dari daging atau telur.
Dengan demikian, mi instan yang dikonsumsi akan lebih bergizi dan seimbang.
Mi instan memang praktis dan lezat, tetapi kebiasaan mengonsumsinya secara berlebihan dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, seperti hipertensi, penyakit jantung, malnutrisi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengatur frekuensi konsumsi dan menambahkan bahan-bahan sehat saat menyajikan mi instan agar tetap mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. (ila)
