VIRALNEWS.ID - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, memberikan opini terhadap wacana potensi pasangan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam pemilihan presiden, yang diyakini akan memenangkan hati Presiden Joko Widodo.
Menurut Pangi, pasangan tersebut dianggap sebagai representasi dari dua pemilih mazhab yang berbeda.
“Menunggu adanya representasi dari poros perubahan dan poros keinginan, agar kedua kelompok pemilih merasa bahwa aspirasi mereka diakomodasi dengan baik,” ujar Pangi dalam pernyataannya pada hari Sabtu (23/9/2023).
Pangi juga mengungkapkan bahwa upaya menggabungkan poros Ganjar dan poros Prabowo bertujuan untuk menghindari adanya pesaing yang sebanding dalam pemilihan, dengan keyakinan bahwa mereka dapat memenangkan pemilihan dalam satu putaran jika dua poros tersebut bersatu.
Menurut saya, ini adalah sesuatu yang telah dihitung dengan cermat, karena ada kekhawatiran bahwa pasangan Anies-Cak Imin memiliki peluang untuk memenangkan pemilu jika kontes berlangsung dalam dua putaran dengan skema tiga poros, tambahnya.
Pangi juga mencatat bahwa dalam pemilihan tahun 2009, ada tiga pasangan presiden dan wakil presiden, tetapi pemilihan hanya berlangsung dalam satu putaran saja karena elektabilitas Capres SBY pada saat itu melewati ambang batas 50 persen ditambah 1.
Namun, situasinya berbeda dalam pemilihan saat ini.
“Saat ini, survei pemilihan hari ini menampilkan bahwa belum ada dari tiga kontestan capres yang memiliki elektabilitas melewati angka tersebut. Bahkan, belum ada yang mencapai angka psikologis kemenangan 50 persen plus satu. Hanya sekitar 40 persen yang telah tercapai,” jelasnya.
Pangi mengungkapkan bahwa yang paling berbahagia jika pasangan Prabowo-Ganjar terbentuk adalah Presiden Joko Widodo.
Ia meyakini ini adalah target dan impian Presiden Jokowi dalam upaya mengalahkan pasangan Anies-Cak Imin.
“Presiden Jokowi akan sangat senang jika Prabowo dan Ganjar bersatu. Saya rasa ini adalah tujuan dan impian beliau, dengan melihat mereka bersama-sama sebagai simbol kemenangan pasangan melawan Anies-Cak Imin,” tegar Pangi.
Pesan simboliknya sederhana, bahwa pemilihan presiden akan dapat diprediksi berdasarkan siapa yang lebih unggul dalam membajak sawah, yang kita anggap sebagai lapangan pemilihan.
"Siapa yang unggul dalam membajak sawah, dialah yang akan menjadi capresnya," lanjutnya.
