VIRALNEWS.ID - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ishfah Abidal Aziz, atau lebih dikenal dengan Gus Alex, memberikan penilaian positif terhadap seruan untuk melihat rekam jejak calon pemimpin dalam politik, terutama dalam konteks penggunaan agama sebagai alat politik.
Menurut Gus Alex, seruan tersebut sejalan dengan pedoman berpolitik warga Nahdlatul Ulama dan merupakan langkah untuk meningkatkan kemaslahatan umat.
Ishfah Abidal Aziz atau Gus Alex menyatakan, "Seruan agar masyarakat benar-benar melihat rekam jejak calon pemimpin yang berkomitmen untuk tidak menggunakan agama sebagai alat politik dalam upaya meraih kekuasaan adalah sikap yang mengedepankan kemaslahatan umum dan upaya untuk terus menjaga nilai-nilai dasar kebangsaan."
Gus Alex juga menegaskan bahwa seruan ini sejalan dengan kebijakan PBNU dalam menghadapi dinamika politik, sesuai dengan hasil Muktamar ke-28 tahun 1989 di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.
Membahas Sembilan Pedoman Berpolitik Warga Nahdlatul Ulama, menurutnya, hasil Muktamar ke-28 tersebut adalah bentuk komitmen dari para kyai, ulama, santri, dan berbagai kalangan nahdliyin.
Dalam merespons seruan ini, Gus Alex menilai bahwa Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memberikan reaksi berlebihan.
Gus Alex berpendapat bahwa jika Muhaimin merasa tidak memiliki rekam jejak dalam menggunakan agama sebagai alat politik, seharusnya ia memberikan dukungan kepada seruan tersebut karena hal tersebut sesuai dengan pedoman berpolitik Nahdlatul Ulama.
Gus Alex menyatakan, "Reaksi Muhaimin berlebihan, seharusnya ia malah mendukung."
Gus Alex juga memberikan saran kepada Muhaimin, mengatakan, "Muhaimin mungkin sedang lelah, atau mungkin sudah putus asa karena tidak bisa 'mengendalikan' PBNU. Saran saya, kalau Muhaimin sudah merasa lelah, baiknya istirahat saja."
Sebelumnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, yang merupakan Bacawapres Koalisi Perubahan, merespons pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang mengajak masyarakat untuk melihat rekam jejak calon presiden dan tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama untuk kepentingan politik.
Muhaimin Iskandar merespons pernyataan tersebut dengan menganggapnya sebagai omongan buzzer.