Pecah Kongsi dengan Trump, Elon Musk Bikin Partai Politik Baru

Photo Author
- Minggu, 6 Juli 2025 | 20:19 WIB
Donald Trump (kiri) dan Elon Musk (kanan).
Donald Trump (kiri) dan Elon Musk (kanan).

VIRALNEWS.ID, Washington DC — Miliarder sekaligus orang terkaya di dunia, Elon Musk, resmi meluncurkan partai politik baru di Amerika Serikat yang diberi nama Partai Amerika.

Langkah ini diambil sebagai bentuk penentangan terhadap apa yang disebut Musk sebagai sistem "satu partai" yang menguasai politik Amerika selama ini, yakni dominasi Partai Demokrat dan Republik.

Dilansir dari AFP, Musk sebelumnya dikenal sebagai donor utama kampanye Donald Trump pada Pemilu Presiden AS 2024. Namun, hubungan keduanya memburuk setelah Musk menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) di bawah pemerintahan Trump.

Perselisihan terutama dipicu oleh perbedaan pandangan mengenai pengeluaran domestik. Musk secara terbuka menentang rencana belanja besar-besaran yang diusung Trump, dengan alasan bahwa kebijakan tersebut akan memperparah utang negara.

Dalam pernyataan resminya di platform media sosial X, yang juga dimilikinya, Musk menyebut bahwa Partai Amerika dibentuk "untuk mengembalikan kebebasan rakyat."

Ia menegaskan bahwa sistem politik dua partai di AS selama ini bukanlah demokrasi sejati, melainkan bentuk lain dari sistem satu partai yang penuh "pemborosan dan korupsi."

Peluncuran partai ini disampaikan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS. Musk juga membagikan hasil jajak pendapat yang ia unggah sendiri, menunjukkan bahwa mayoritas dari lebih dari 1,2 juta responden mendukung pembentukan partai baru.

"Dengan rasio 2 banding 1, rakyat menginginkan partai baru – dan mereka akan mendapatkannya!" tulisnya.

Meski demikian, masih belum jelas sejauh mana Partai Amerika akan berdampak pada pemilihan paruh waktu tahun 2026 atau pemilu presiden 2028.

Pengamat politik menyoroti risiko perpecahan suara yang bisa terjadi, mengingat sejarah panjang kegagalan partai ketiga dalam sistem politik AS, seperti yang terjadi pada pencalonan Ross Perot tahun 1992.

Konflik antara Trump dan Musk memuncak lagi akhir Juni lalu, setelah Musk menolak keras RUU One Big Beautiful yang menjadi agenda utama Trump. RUU yang kini telah disahkan dan diperkirakan akan menambah defisit hingga USD 3,4 triliun dalam sepuluh tahun ke depan itu dikritik Musk sebagai bentuk "perbudakan utang."

Ia bahkan mengancam akan menyingkirkan politisi Partai Republik yang mendukungnya.

"Mereka akan kalah dalam pemilihan pendahuluan tahun depan jika itu adalah hal terakhir yang saya lakukan di bumi ini," tegas Musk.

Menanggapi kritik tersebut, Trump mengisyaratkan kemungkinan deportasi Musk, yang merupakan kelahiran Afrika Selatan dan telah menjadi warga negara AS sejak 2002. "Kita harus mempertimbangkannya," ujar Trump kepada wartawan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hillary.

Tags

Rekomendasi

Terkini

Dilaporkan Mabes TNI, Begini Respon Ferry Irwandi

Senin, 8 September 2025 | 21:34 WIB
X